|
Aceh Bisnis Rabu, 09 Mei 2012 08:42 WIB
Dari Pameran Kopi di AS
MedanBisnis – Takengon.
Kopi arabika asal Tanah Gayo tercatat sebagai kopi termahal di dunia,
berdasarkan peringkat yang dikeluarkan Specialty Coffee Association of
America (SCAA), tahun 2011. Hal itu disampaikan Ketua Forum Fair Trade
Asia Pacific (FTAP), Mustawalad, kepada MedanBisnis, Selasa (8/5) di
Takengon.
Dijelaskan Mustawalad,
setelah mengikuti even pameran kopi dunia yang diselenggarakan SCAA di
Portland, Oregon Convention Centre, Amerika Serikat (AS), pertengahan
April 2012 lalu, mereka mendapat penjelasan bahwa pasar atau penjualan
kopi arabika Gayo di AS tahun 2012 ini berada di peringkat kelima dari
sebelumnya tahun 2011 di urutan keempat.
Namun, meski secara peringkat menurun, secara kuantitas kopi gayo meningkat 11%. “Untuk harga, kopi Gayo di tahun lalu tercatat sebagai kopi termahal, dibandingkan kopi Brasil dan Kolumbia selisih harganya hampir setengah,” ungkap Mustawalad. Diuraikan, harga kopi Gayo bisa mencapai US$ 7,2 sampai US$ 8 per kg. Sementara kopi dari Brasil dan Kolumbia berkisar US$ 3,5 sampai US$ 4 per kg. Menurut Mustawalad, mahalnya harga kopi Gayo dikarenakan memiliki cita rasa yang khas dibandingkan kopi dari negara lain. Dan kopi Gayo adalah kopi special dengan skor cupping test di atas 80, dan merupakan kopi organik. Hal menggembirakan yang didapat peserta pameran asal Gayo, ada beberapa koperasi yang mendapat kontrak baru dari pembeli dari AS. Seperti Koperasi Asosiasi Petani Kopi Organik (APKO) dengan eksportir Ujang Jaya berhasil mendapat kontrak untuk pengiriman September 2012 sebanyak dua konteiner (2x18 ton). Selanjutnya Gayo Linge Organic Coffee (GLOC) juga mendapat kontrak pengiriman di bulan Juli hingga Agustus 2012 sebanyak 6 konteiner. Sebelumnya, pameran SCAA diikuti sejumlah pengurus koperasi dari dataran tinggi Gayo. “Yng ikut dalam pameran itu di antaranya Koperasi Ketiara, Adil Wiladah Mabrur, Kopi Gayo Organik, Bies Utama, Sara Ate, Arinagata, Askogo, Tunas Indah, Asosiasi Petani Kopi Organik, Gayo Linge Organic Coffee, Gayo Mandiri dan Permata Gayo. Masing-masing mereka membawa lima sampel untuk pameran ini, berasal dari koperasi-koperasi yang telah memiliki sertifikat Fair Trade dan Organik,” rinci Mustawalad. Pameran SCAA sendiri bertujuan menjaga hubungan dengan pembeli di AS, karena penikmat kopi Gayo terbesar adalah warga AS. Tujuan lain, untuk mendapatkan pembeli baru, mengetahui perkembangan kopi-kopi dunia, hingga peralatan pengolahan hingga pengemasan kopi.(ck 09) |
Sirwandi Open Source
Minggu, 13 Mei 2012
GAYO CAFFEE TERMAHAL DI DUNIA
KUPIKU GY
Mengenal Kopi Arabika Gayo
BIJI kopi arabika Gayo
dikenal diberbagai belahan dunia misalnya di Jerman, Amerika, Jepang
sampai Selandia Baru. Kopi arabika gayo dikembangkan sejak masa
penjajahan kolonial Belanda pada tahun 1918. Kopi ini mulai dikembangkan
di pegunungan Gayo. Kopi arabika Gayo menjadi salah satu komoditi
ekspor para pedagang yang berlabuh di Selat Malaka.
Kopi Arabika Gayo menjadi barang yang
paling diminati selain cengkeh, pala, kakau, teh, dan rempah-rempah
lainnya untuk dipasarkan di Eropa pada masa penjajahan Hindia Belanda.
Kopi ini mempunyai kadar yang rendah asam dan wangi yang sangat memikat.
Di tanah yang subur dan diatas pegunungan para petani telah menanam
kopi Arabika Gayo dan keluarga petani tersebut telah menggantungkan
hidupnya kepada biji kopi yang sangat khas ini.
Dataran tinggi Gayo telah menghasilkan
kopi aromatik. Arabika adalah salah satu kopi dengan aroma yang khas.
Lebih dari 70% kopi dunia adalah arabika dan Arabika Gayo adalah salah
satunya. Kopi arabika gayo dihasilkan di Kabupaten Aceh Tengah, Bener
Meriah dan Gayo Lues Provinsi Aceh. Ada lebih dari 6.000 varietas biji
kopi arabika yang ditanam di dunia dan salah satunya jenis kopi arabika
Gayo.
Proses pertumbuhan dan perkembangan kopi Arabica Gayo mirip dengan kopi robusta (geste) atau lebih dikenal dengan kupi kucak
( kopi kecil) istilah di Gayo. Proses perkembangannya dimulai dengan
bunga pertama yang berwarwa putih dan kemudian menghasilkan “cherry” merah matang yang berisi dua biji (gelondong). Buah merah dengan dua biji ini kemudian di petik. Proses ini biasa di sebut “ngutip kupi”.
Setelah buah di petik kemudian diproses menjadi gabah dengan proses
penggilingan, gabah tersebut harus di permentasikan selama satu malam.
Kemudian gabah tersebut dicuci sampai bersih dan dijemur sampai kering
di atas terik matahari.
Setelah proses di atas gabah-gabah
tersebut dikupas kulitnya melalui proses mesin pengelupas kulit gabah.
Ketika gabah telah dikupas kulitnya, bijinya disebut “Oros” dan
selanjutnya dijemur sampai kering tergantung dengan kadar air yang
diperlukan lalu disortir ke dalam kategori ringan, menengah ringan,
menengah, menengah-gelap, gelap, atau sangat gelap. Kemudian mereka
diurutkan dan diberi label sesuai dengan kualitas atau grade.
Ketika kopi Gayo ini ingin dinikmati maka proses selanjutnya adalah dipanggang “sele”
dalam bahasa Gayo, lalu dihaluskan menjadi tepung atau bubuk dan siap
digunakan sebagai minuman. Sebatang tanaman kopi hanya akan memproduksi
sekitar satu sampai tiga kilo biji (oros) kopi Arabika Gayo dalam satu tahun. Sehingga tanaman harus dirawat dengan baik.
Kopi Arabika Gayo ditanam pada lahan
lebih tinggi, ketinggian lebih dingin, biasanya 1100-1300 meter di atas
permukaan laut. Kopi gunung ini berproduksi 1500-3000kg perhektarnya
dengan suhu 12-28 derajat celcius dan curah hujan 1500 sampai 3000mm.
Jenis tanah di dataran tinggi gayo ini adalah tanah hitam berbentuk dari
bahan vulkanik muda yang sangat subur mengandung nutrisi mikro yang
penting bagi tanaman.
Kopi arabika Gayo mengandung kafeein 0,8
sampai 1,4 persen. Bentuk biji kopi arabika Gayo adalah Flat dengan
garis tengah yang jelas. Karakter asam dan coklat dan trasenya 8 sampai
max 10 persen atau nilai cacatnya 11 persen. Elevasi yang lebih tinggi
menyebabkan biji kopi tumbuh lebih lambat, yang menyumbang rasa mendalam
dan aroma. Kopi ini tumbuh pada ketinggian yang lebih tinggi lebih
sulit dan lebih baik dalam kualitas, tetapi mereka juga rentan terhadap
embun beku (emun), hama dan penyakit, sehingga kacang (biji kopi)
lebih sulit untuk melindungi dan panen. Biji matang pada waktu yang
berbeda, sehingga mereka harus dipilih pada interval tertentu.
Meskipun kopi arabika berasal dari
Ethiopia dan Yaman, kopi Arabika Gayo bermutu dan kualitas tinggi
sekarang tumbuh dipasar seluruh dunia, dipercaya secara luas sebagai
spesies pertama, ada beberapa ragam spesies kopi arabika gayo yang
termasuk katagori kopi arabika, misalnya Bourbon, Typica, Caturra,
Catuai, Pache comum dan Pache Colis. Kopi arabika tumbuh terbaik apabila
ada tanah gunung berapi, sehingga jenis kopi arabika juga tumbuh baik
di Hawai, tapi itu satu-satunya negara di Amerika yang tumbuh kopi.
Columbia, Guatemala, El Salvador, Tanzania dan Kenya semua hanya
memproduksi kopi Arabika.
Di dataran tinggi Gayo sebagian rumah kopi (warung kopi)
atau kafe biasanya melayani hanya kopi arabika dan rubusta, ada
beberapa cafe yang menyajikan kopi ciri khas arabika Gayo. Di Bener
Meriah dan Aceh Tengah misalnya cafe bergendal kopi, cafe batas kota, cafe ulee kareng dan warkop-warkop lainnya. Arabika gayo dipasaran kopi dunia dikenal dengan arabika mandeling kopi grade 1 atau grede 3 tergantung dengan kualitasnya.
Harga kopi arabika lebih mahal dari pada
kopi robusta, walau demikian tidak akan menyesal merasakannya karena
kualitas kopi arabika terasa dan tercium berbeda. Seperti aroma dan rasa
yang memiliki selera khas. Kopi arabika gayo hanya memiliki tingkat
keasaman yang benar dan rasa yang membuat secangkir kopi lebih nikmat
dan jangan mencobanya.(Sirwandi/red.04)
Selasa, 10 April 2012
Open Source Itu Apa??
Aplikasi open source adalah program komputer yang lisensinya memberi
kebebasan kepada pengguna dalam menjalankan program tersebut untuk apa
saja, mempelajari dan memodifikasi program tersebut, dan
mendistribusikan penggandaan program asli atau yang sudah dimodifikasi
tanpa harus membayar royalti kepada pembuat sebelumnya.
Sehingga jika para pembuat aplikasi dapat mempelajari, mendistribusikan ulang, dan mengubah perangkat lunak tersebut, maka perangkat lunak itu akan berkembang. Inilah yang disebut masyarakat mengembangkannya, mengaplikasikannya, dan memperbaiki kelemahannya. Dari kita, oleh kita dan untuk kita bersama.
Mengapa harus Open Source?
Sebenarnya tidak harus. Bisa saja kita menggunakan Sistem Operasi MS Windows yang didalamnya sudah ada Windows Movie Maker. Silakan saja memilih jalan tersebut.
Hanya saja, mengapa di sini kita hanya akan membicarakan video editing dengan aplikasi Open Source karena kita harus memperjuangkan penggunaan aplikasi Open Source ini.
Sebagaimana filososi dari Open Source sendiri, yang ujung-ujungnya adalah dari kita, untuk kita dan oleh kita. Jika bukan kita yang menggunakan, siapa lagi? Jika bukan kita yang memperjuangkan, siapa lagi?
Dan dalam proses belajar ini aplikasi open source yang tersedia sudah lebih dari cukup untuk digunakan. Beberapa alternatif dapat kita pilih secara gratis, dan tidak cuma satu.
Jika bisa tidak membayar, kenapa harus membayar?
Daripada uang hanya dikirim ke pembuat program di luar negeri sana, bukankah sebagai filmmaker pelajar, sebaiknya uangnya dipakai untuk belajar membuat film.
Hitung saja, berapa harga MS Windows? berapa harga Adobe Premiere? Seandainya kita punya uang pun, alangkah sebaiknya kita bantu negara untuk menghematnya. Dan tidak hanya berhenti di sini gerakan kita untuk Open Source. Bikin naskah dengan Open Office yang open Source, merencanakan jadwal shooting juga demikian. Sebisa mungkin, semuanya dengan open source, hitung saja berapa jumlah pelajar di Indonesia, berapa uang yang bisa kita sumbang ke pemerintah?
Hitung saja jumlah MS Windows dan MS Office di komputer sekolahmu. Sebesar itulah sebenarnya kita bisa membantu pemerintah.
Bukankah dengan Windows bajakan bisa murah juga?
Sekolah kok membajak, pelajar kok membajak.
Mari kita mulai belajar kita dengan hal-hal yang baik, agar nanti hasilnya menjadi baik.
Sehingga jika para pembuat aplikasi dapat mempelajari, mendistribusikan ulang, dan mengubah perangkat lunak tersebut, maka perangkat lunak itu akan berkembang. Inilah yang disebut masyarakat mengembangkannya, mengaplikasikannya, dan memperbaiki kelemahannya. Dari kita, oleh kita dan untuk kita bersama.
Mengapa harus Open Source?
Sebenarnya tidak harus. Bisa saja kita menggunakan Sistem Operasi MS Windows yang didalamnya sudah ada Windows Movie Maker. Silakan saja memilih jalan tersebut.
Hanya saja, mengapa di sini kita hanya akan membicarakan video editing dengan aplikasi Open Source karena kita harus memperjuangkan penggunaan aplikasi Open Source ini.
Sebagaimana filososi dari Open Source sendiri, yang ujung-ujungnya adalah dari kita, untuk kita dan oleh kita. Jika bukan kita yang menggunakan, siapa lagi? Jika bukan kita yang memperjuangkan, siapa lagi?
Dan dalam proses belajar ini aplikasi open source yang tersedia sudah lebih dari cukup untuk digunakan. Beberapa alternatif dapat kita pilih secara gratis, dan tidak cuma satu.
Jika bisa tidak membayar, kenapa harus membayar?
Daripada uang hanya dikirim ke pembuat program di luar negeri sana, bukankah sebagai filmmaker pelajar, sebaiknya uangnya dipakai untuk belajar membuat film.
Hitung saja, berapa harga MS Windows? berapa harga Adobe Premiere? Seandainya kita punya uang pun, alangkah sebaiknya kita bantu negara untuk menghematnya. Dan tidak hanya berhenti di sini gerakan kita untuk Open Source. Bikin naskah dengan Open Office yang open Source, merencanakan jadwal shooting juga demikian. Sebisa mungkin, semuanya dengan open source, hitung saja berapa jumlah pelajar di Indonesia, berapa uang yang bisa kita sumbang ke pemerintah?
Hitung saja jumlah MS Windows dan MS Office di komputer sekolahmu. Sebesar itulah sebenarnya kita bisa membantu pemerintah.
Bukankah dengan Windows bajakan bisa murah juga?
Sekolah kok membajak, pelajar kok membajak.
Mari kita mulai belajar kita dengan hal-hal yang baik, agar nanti hasilnya menjadi baik.
Langganan:
Postingan (Atom)